Selasa, Mei 26, 2015

Kata Berasa, "Ber-asa"

Ada beberapa kata di dunia ini yang tak dapat diucapkan, bukan tidak mau tapi tidak sanggup diucapkan karena manusia terlalu takut terhadap reaksi dari kata yang diucapkannya dengan menggunakan mulutnya dan otaknya-meski terkadang kata yang terucap hanya lewat cepat melalui saraf otak. 

Bahasa verbal terkadang tidak lagi memiliki makna yang persis sama dengan apa yang dirasakan hati. Kata itu cinta? Tidak selamanya cinta, bisa saja kesedihan mendalam, rasa pedih di hati, atau mungkin suatu rasa yang belum jelas atau ada di kamus kosakata hingga pada akhirnya rasa tidak bisa menjadi suara yang juga bisa dipahami oleh orang lain.

Orangtua saya mendidik saya agar mengetahui kosakata Bahasa Indonesia dan Inggris (sedikit Mandarin yang pada hingga kini bahkan sudah terlupakan) agar saya paham proses yang terjadi di dunia ini. Terima kasih atas usaha kalian :)

Ada suatu waktu yang membuat saya muak memahami bahasa karena artinya berbeda bagi saya dan lawan bicara saya karena kebudayaan, kebiasaan, tingkat pendidikan atau sebagainya. Mungkin sebagian orang memilih untuk membiarkan waktu berlalu, tapi apakah yakin rasa yang tak sempat terucapkan dan didengar oleh subjek akan hilang begitu saja? Kalau pengalaman saya TIDAK. Ketika ada suatu pemicu misalnya barang, nada lagu, suasana bahkan hanya sinar teram temaram bisa membuat rasa itu muncul- bahasa gaul sekarang : galau, dan meninggalkan kekecewaan karena kamu tidak pernah mengungkapkan kata berasa tersebut dalam suatu ungkapan verbal.

Sedih tentunya ketika kamu tahu rasa itu seperti apa, tapi kamu tidak pernah merubah rasa itu menjadi suatu tindakan positif misalnya mencoba mengungkapkannya. Sedih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar