Selasa, Maret 22, 2016

IM MOVE ON!

Teman-teman yang baik hati,



Saya tidak menghilang dari peredaran, saya lebih banyak melakukan aktivitas mengetik sambil berpikir di https://gabresabre.wordpress.com/.




https://gabresabre.wordpress.com/



Silahkan berkunjung dan berkomentar . See you when I meet you!




Love and hugs for humanity, 

Gabrella Sabrina

Selasa, Mei 26, 2015

Kata Berasa, "Ber-asa"

Ada beberapa kata di dunia ini yang tak dapat diucapkan, bukan tidak mau tapi tidak sanggup diucapkan karena manusia terlalu takut terhadap reaksi dari kata yang diucapkannya dengan menggunakan mulutnya dan otaknya-meski terkadang kata yang terucap hanya lewat cepat melalui saraf otak. 

Bahasa verbal terkadang tidak lagi memiliki makna yang persis sama dengan apa yang dirasakan hati. Kata itu cinta? Tidak selamanya cinta, bisa saja kesedihan mendalam, rasa pedih di hati, atau mungkin suatu rasa yang belum jelas atau ada di kamus kosakata hingga pada akhirnya rasa tidak bisa menjadi suara yang juga bisa dipahami oleh orang lain.

Orangtua saya mendidik saya agar mengetahui kosakata Bahasa Indonesia dan Inggris (sedikit Mandarin yang pada hingga kini bahkan sudah terlupakan) agar saya paham proses yang terjadi di dunia ini. Terima kasih atas usaha kalian :)

Ada suatu waktu yang membuat saya muak memahami bahasa karena artinya berbeda bagi saya dan lawan bicara saya karena kebudayaan, kebiasaan, tingkat pendidikan atau sebagainya. Mungkin sebagian orang memilih untuk membiarkan waktu berlalu, tapi apakah yakin rasa yang tak sempat terucapkan dan didengar oleh subjek akan hilang begitu saja? Kalau pengalaman saya TIDAK. Ketika ada suatu pemicu misalnya barang, nada lagu, suasana bahkan hanya sinar teram temaram bisa membuat rasa itu muncul- bahasa gaul sekarang : galau, dan meninggalkan kekecewaan karena kamu tidak pernah mengungkapkan kata berasa tersebut dalam suatu ungkapan verbal.

Sedih tentunya ketika kamu tahu rasa itu seperti apa, tapi kamu tidak pernah merubah rasa itu menjadi suatu tindakan positif misalnya mencoba mengungkapkannya. Sedih.


Jumat, Mei 15, 2015

Informasi

Mungkin segala kebiasaan yang menjadi tradisi di masyarakat Indonesia terjadi karena kurangnya pengetahuan (kurang baca? kurang waktu? gak punya prioritas buat mencari tahu?). "Siapa yang wajib memberikan informasi?" pertanyaan ini sering melintas dalam pikiran saya. Saat ini saya dapat menjawab : "Pihak yang punya kewajiban memberi informasi adalah negara dan media massa. Perlu digaris bawahi kalau meski informasi uda disediakan masyarakat juga harus aktif mengakses, harus mau tahu, harus banya protes kalau info yang hadir gak berguna atau ditunggangi kepentingan sekelompok orang. Namanya negara demokrasi yah mungkin harus mengikuti kaum mayoritas, tapi media massa harus memberi ruang ke kaum minoritas juga- itu wajib"

Hal yang membuat saya kecewa adalah media televisi terutama yang dimiliki swasta cenderung mememntingkan sisi rating - tidak bisa dipungkiri jika tujuan media swasta juga mencari keuntungan,  Begitu saya nyalain TV isinya sinetron manusia yang berubah jadi hewan, acara musik yang celetukan presenternya banyakan menghina daripada mendidik, infotainment yang mengotak-atik pernikahan artis, dan sebagainya. Saya sadar membuat acara yang menarik dan mendidik sulit tapi sepertinya masyarakat juga harus dipaksa dengan informasi yang mendidik ketimbang menghibur. Saya juga sempat mikir kayaknya di TV perlu ada sosialisasi tentang jaminan sosial misalnya acara yang mensosialisasi jaminan kesehatan. sekolah gratis, cara mengurus kartu identitas tapi dibungkus dengan cara yang menghibur saya yakin orang kreatif bisa membuat acara yang berisi informasi berisi kepentingan untuk masyarakat luas menjadi menarik. Atau pemerintah bisa menyediakan acara khusus sosialisasi jaminan sosial? *Kalau ada teman yang baca dan bekerja di media massa boleh loh brainstroming gimana membungkus acara sosialisasi jaminan sosial jadi menarik*

Saya sendiri bukan tipe manusia yang rajin baca buku (kecuali sebelum ujian). Sejak SD setiap ulangan pasti menghafal dan rasanya males. Tapi semenjak SMP dan SMA saya sadar tujuan saya membaca bukan buat menghafal saja tapi mengerti dan merealisasikannya di kehidupan nyata. Awal tahun ini saya juga mulai rutin belanja buku baru entah tentang motivasi, sejarah, atau sastra 'yang agak berat'. Saya sengaja memaksa diri buat baca buku yang udah saya beli sampai saat ini bisa dirata-rata saya cuma baca 3 buku sebulannya, itu sudah termasuk cerita fiksi hhe...

Tapi menurut pendapat saya yang orang yang cerdas itu bukan cuma orang yang baca buku tapi orang yang paham makna tulisan yang dia baca kemudian mengaplikasikan nilai-nilai positif dari apa yang dia baca sehingga berpengaruh bagi masyarakat luas. Beneran deh rasa ingin tahu itu mungkin harus dipaksakan dan pasti akan ada hasilnya dari rasa tahu itu.

Menurut beberapa perbincangan saya dengan orang-orang yang sering membaca (bahkan mereka gak menyebutkan hobi mereka membaca), saya dapat merasakan perbedaan antara orang yang cerdas dengan orang yang sok cerdas yaitu SIKAP (entah itu rasa toleransi, tanggung jawab, cara mereka menyelesaikan masalah, cara mereka mengkritik orang lain, hingga cara mereka saat berdiam diri).

Saya kagum dengan orang-orang yang ingin tahu dengan cara positif seperti membaca (tentunya dari sumber yang terverifikasi dan sudah ada izin - atau bahkan tulisan kreatif) . Semoga rasa ingin tahu saya juga terus ada dengan banyak belajar seperti mereka.



Selasa, April 21, 2015

Perempuan?

Menjadi perempuan merupakan hal yang menyenangkan sekaligus mencengangkan mungkin ini menurut saya secara pribadi.

Dimulai ketika saya bertanya pada diri sendiri : kenapa ya saya terlahir sebagai perempuan?
Jujur dalam hati saya ada sedikit rasa cemburu kepada laki-laki, mereka bebas pulang malam tanpa rasa takut 'dijahili' oleh perempuan, apa karena saya perempuan maka saya menjadi takut?

Sekarang saya masih mencari jawabannya, mungkin semua tergantung pada pribadi masing-masing.

Jika kamu perempuan yang membaca- kita boleh jadi perempuan yang hingga saat ini dicap sebagai kaum lemah-tapi saya rasa tidak semua perempuan kan?

Tergantung kamu mau menjadi apa, apa yang kamu lakukan untuk merombak semua pemikiran lama bahwa perempuan kaum yang lemah (entah lemah secara fisik atau mental). Saya pernah melihat ada perempuan yang sengaja membuat dirinya lemah dia menikah, berhenti dari pekerjaan, mengurus anak, menuruti kata suami, dan melupakan cita-citanya. Seakan setelah menikah hidupnya tidak berkembang, mungkin dari luar dia hidup bahagia. Dia merawat anaknya dengan baik, setiap bulan berkumpul bersama teman-teman untuk arisan, tetapi suatu saat dia menangkap basah suami berselingkuh dan dia hanya terdiam tidak berani bertanya karena takut bercerai karena semua cinta dan kemampuannya telah diberikan seluruhnya pada suami. Entah mengapa dari satu contoh perempuan itu membuat saya melihat apakah perempuan memang seharusnya diam dalam kegelapan.


Untungnya saya juga melihat contoh lain kalau perempuan yang berumah tangga juga dapat berdaya dan mandiri sekalipun dia hanya ibu rumah tangga tapi dia memiliki ketegasan dan mau berusaha dengan membuka usaha- Ibu saya. Untungnya dalam hidup ini saya berkesempatan mendapat pelajaran yang positif dan negatif dari orang-orang di sekeliling saya.


"Kan lu tau kalo cewe itu suka insecure ," ungkap salah seorang teman saya.
 Memang benar sih kalau menurut saya. Perempuan secara psikologi memiliki banyak kekhawatiran dalam hidupnya kalau bisa ditelusuri dan dinyatakan kekhawatiran perempuan itu juga bisa jadi salah satu faktor kalau negara kurang menyediakan rasa aman dan nyaman pada perempuan. 

Tapi yah sekali lagi tergantung perempuannya. Saya sendiri terkadang suka khawatir tapi saya masih percaya pada kebaikan hati dan kemampuan saya sendiri sehingga pada akhirnya rasa khawatir bisa hilang.Misalnya takut pulang malam, berhubung kantor saya di daerah selatan-Ps.Minggu sedangkan rumah saya di seatan juga sih-Tangerang Selatan akses transportasi masih oke apalagi kantor dekat dengan stasiun kereta kalau pulang di atas jam 9 pun masih oke karena kereta masih ada sampai jam 11 malam (Terima kasih Tuhan) KRL Indonesia juga sudah menyediakan gerbong khusus perempuan, taip yah kalau sudah malam-lewat jam 8 biasanya kereta udah sepi. Tapi yah saya gak ada takut-takutnya, yang saya takut cuma ketiduran di kereta gegara AC kereta super adem dan situasi sepi mendukung kenyamanan buat tidur...zzz! 

Tapi di sini saya bukan hanya melihat sisi positif - tergantung mental perempuannya, negara dan masyarakat secara luas juga harus turut menciptakan rasa aman terhadap semua perempuan (termasuk sesama perempuan) mungkin misalnya jangan mau dimadu--ehmm... menurut saya sih ya ini bisa dibilang kesetiakawanan sesama perempuan. Bukan hanya karena agama tertentu yang memperbolehkan laki-laki memiliki lebih dari satu istri tetapi ya tergantung perempuannya juga jangan mau dimadu karena zaman juga sudah berubah toh. Setahu saya dulu poligami terjadi karena banyak  perempuan yang menderita dan tidak bisa melindungi diri ( nah dari dulu uda ada stigma perempuan gak bisa melindungi diri ya?) karena para suami meninggal di medan perang. Makanya dulu ada laki-laki yang mempersunting lebih dari 1 perempuan. Nah berarti yang harus ditentang yah poligami karena selingkuh hati kali ya.



SELAMAT HARI PERJUANGAN PEREMPUAN!





Senin, April 13, 2015

Terbang di antara hidup dan mati

Mungkin kebanyakan orang menyukai bepergian dengan pesawat, termasuk saya.
Menyenangkan karena saya bisa melihat kota tempat saya tinggal dari atas mengecil..kecil..kemudian hilang ketika saya berada di pesawat dengan ketinggian tertentu. 

Mungkin untuk kasus yang dialami oleh M.S.A. juga serupa dia menyukai bepergian dengan pesawat (plus gratis, plus bahaya) namun cara yang ditempuh terlalu unik karena dia memilih untuk menyelinap di ruang roda pesawat - tentunya secara sembunyi-sembunyi. Ide menakjubkan plus gila itu katanya didapatkan dari membaca dan beragam informasi di internet. Luar biasa hebat teori dan praktik yang dia lakukan hingga bisa selamat. M.S.A. dikabarkan berani menyelinap di ruang roda pesawat salah satu penerbangan komersil dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru hingga sampai di apron Bandara Soekarno-Hatta karena ingin melihat kota kelahirannya, Jakarta serta ingin bertemu presiden.

Benar-benar niat yang luar biasa hingga menghiraukan keselamatan jasmani sendiri. Mungkin dari sisi kesehatan psikologis dia dinyatakan sehat karena tidak megalami gangguan kejiwaan. Menurut saya hal tersebut benar adanya karena si pelaku telah merencanakan dan mempelajari cara menyelinap di ruang roda pesawat.

Perilaku yang terencana tersebut tidak dapat digolongkan dalam pembajakan emosi. Menurut buku yang saya baca Emotional Intelligence oleh Daniel Goleman mekanisme pembajakan emosi terjadi hanya dalam dua belas milidetik-lebih cepat dari kedipan mata. Pembajakan emosi hanya terjadi secara seketika/otomatis tanpa didasari logika orang yang bersangkutan sebagai tanggapan atau respon terhadap suatu keadaan yang bersifat emosional-memang benar keinginan dia untuk bertemu dengan Presiden Jokowi namun seperti yang sebellumnya saya tulis hal tersebut terencana.

Pembajakan emosi ini bisa jadi karena manusia berevolusi untuk melakukan sesuatu karena adanya rangsangan dari luar dirinya sehingga manusia tersebut menanggapinya begitu cepat, namun sayangnya hanya emosi yang digunakan - logika terabaikan (entah secara sengaja atau tidak-tapi saya lebih setuju jika ini digolongkan dalam jenis penyakit- seperti serangan jantung ringan jika tidak diobati/terapi bisa berbahaya). Setelah kejadia pembajakan emosi manusia tersebut tidak menyadari apa yang dia perbuat. Kalau tidak salah ingat- tetap saja pembajakan emosi ini akan dianggap bersalah dalam penyelidikan dalam kasus hukum, kenapa pembajakan emosi bisa terjadi. 

OK tulisan ini mulai tidak fokus, kembali lagi ke kasus terbang di antara hidup dan mati. Kasus 'penumpang' di ruang roda bukan pertama kali terjadi di Indonesia, sebelumnya pernah terjadi pada tahun 1981 dan 1997. Dari beberapa koran yang saya baca tanggung jawab mengenai keamanan bandara dan pesawat ini berada di tangan PT Angkasa Pura II serta perusahaan penerbangan terkait.

Apalagi yang bisa dilakukan jika sudah terjadi? Untung saja pelaku penyelinapan alis 'penumpang gelap' ini masih dilindungi Tuhan (saya masih bingung memang seberapa luas ruang roda pesawat sehingga si penyeinap masih hidup tanpa tergilas ketika roda masuk kembali saat pesawat sudah terbang? Atau memang roda memang tetap berada di luar ketika pesawat sudah terbang?). Semoga di masa depan tidak ada orang nekat atau terlalu berniat yang melakukan penyelinapan lagi , pengawasan seperti pagar di sekeliling landasan terbang dalam kondisi yang aman dan baik - mungkin perlu dialiri listrik? dibuat tembok tinggi? atau di pasang kamera pengawas di ruang roda pesawat? atau selalu ada petugas patroli yang memeriksa keadaan pesawat sebelum terbang meninggalkan landasan? dan sebagainya, semoga tugas pemerintah serta otoritas bandara berjalan baik serta adanya kesadaran masyarakat yang tinggi agar tidak ada lagi kejadian semacam ini. Amin!