Jumat, Juni 29, 2012

End of June



Wanita di hadapan saya ini belum genap satu bulan saya kenal. Saya tahu wanita ini punya sebuah potongan puzzle hidup saya, entah puzzle itu sebesar apa, saya yakin dia dapat mengisi hidup saya dengan tepat, tidak sia-sia seperti angin yang lewat dan terlupakan begitu saja oleh saya. Hari ini saya tahu betapa mahalnya harga sebuah kesehatan dan keimanan. 

"Saya percaya kamu belum terlambat, tapi juga jangan terlalu lama," itu kata yang akan saya kenang mengenai keimanan saya,"terserah kamu mau percaya pada Tuhan yang mana."
Kalimat di atas wanita ini ucapkan kepada saya pada minggu pertama.

Di minggu kedua dia tidak dapat berbagi ilmu dengan saya, dia sedang melayani di suatu tempat yang indah namun pasti butuh penguatan. Saya tahu wanita ini luar biasa, pengalaman hidupnya menunjukan dia mengalami keajaiban, keajaiban dari sesuatu yang saya sebut Tuhan. 

Saya tahu suatu saat penyakit akan menggerogoti tubuhnya, namun hingga minggu ketiga ini tubuhnya masih dapat berdiri tegak dan berjalan, setahu saya juga dia masih dapat berenang, wajahnya tegas namun dipenuhi senyum tulus saat menafsirkan ilmu keimanan pada kami.

Integritas.
Hari ini saya belajar hal ini darinya. Integritas merupakan suatu yang hakiki tak dapat ditawar, seorang yang memiliki integritas dapat memutuskan jalan hidupnya tanpa ragu namun tetap mendengar atau menghargai pendapat orang lain. Orang yang memiliki integritas mampu menjalani setiap keputusannya tanpa rasa menyesal dan mengeluh atas kesulitan yang dihadapi. Integritas itu harga mati. Bukan hanya integritas duniawi yang menjadi patokan, namun integritas keimanan harus juga dipertahankan.

Dia telah divonis mengidap penyakit yang tidak perlu saya sebutkan, penyakit ini sudah cukup lama diketahui bersarang ditubuhnya. Mungkin sekitar 2 tahun dia dan keluarganya sama-sama berjuang menghadapi kondisi tubuhnya yang suatu saat akan merenggut jiwanya tapi tidak semangatnya.

Dia berkata bahwa bukan agama tertentu yang menentukan seseorang memiliki integritas, tetapi keimanan membuat integritas itu semakin terarah.

Yang saya tahu hari ini dia membuat saya berkaca-kaca saat mendengar cerita dan mukjizat yang dialami olehnya, mustahil orang yang mengidap penyakit keras sepertinya dapat terus bertahan seperti orang normal. Saya tahu iman saya akan terus bertumbuh karena saya turut merasakan keajaiban dari suatu hal yang saya sebut Tuhan.

Keajaiban
Sejujurnya saya sendiri tidak begitu yakin dengan keajaiban, saya belum merasakan keajaiban yang sesungguhnya-mungkin saya hanya merasakan keberuntungan, belum pada tahap keajaiban. Saya sering melihat keajaiban pada orang lain (keajaiban yang sesungguhnya-bukan seperti melihat 'anak ajaib' atau hal gaib dan semacamnya). Saya butuh keajaiban pada diri saya, Tuhan pantas marah atau murka, saya terlalu bebal, namun inilah puzzle yang terus akan saya kumpulkan hingga akhirnya saya akan utuh sebagai anak Tuhan, bukan anak agama.

Hingga saat ini saya percaya Tuhan itu ada, namun tetap saya belum utuh karena belum mengerti esensi dari ke-Tuhan-an yang dilapisi oleh agama. Agama adalah sebuah media untuk menyambungkan manusia dengan Tuhan-nya, nah Tuhan menjadi berbeda dalam setiap agama, saya terlalu penasaran dengan jaminan mengenai 'apakah agama yang saya pilih benar/salah' meski saya mengetahui semua agama pasti mengajarkan kebenaran.

Keadilan
Saya juga belajar mengenai sebuah keikhlasan. "Biar saja setiap yang dilakukan orang lain pada saya, Tuhan yang bertindak untuk membalasnya." Kalimat itu membuat saya sadar mungkin semua agama mengajarkan ini, namun manusia yang 'berbalut agama' terkadang menafsirkan dengan perbuatan yang berbeda. Entah itu terlalu pasrah atau bahkan terlalu keras/frontal untuk bertindak mencari balasan sesuai kehendak Tuhan.

Sudahlah saya tidak ahli dalam hal ini, saya akan terus mengumpulkan puzzle keimanan saya, semoga tidak terlalu cepat, tapi juga tidak terlambat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar