Jumat, Oktober 12, 2012

Mengoptimalkan tempat nyampah

Seperti yang beberapa menit lalu saya telaah kembali isi blog ini suka-suka saya, ya iya donk saya yang nulis! Maka jam 4 subuh ini saya sangat tertarik untuk menulis apa saja yang ada di otak saya pagi ini-tanpa tidur.


Jujur saya bangga dengan demokrasi di negara ini, tetapi saya juga khawatir dengan media yang ada di negara ini. Sanksi sosial terkadang lebih berat dari sanksi hukum, makanya jadi orang harus sadar

Tabrak Lari
Ini berita tabrak lari bener-bener luar biasa, sebelumnya kelalaian pengemudi juga pernah menewaskan beberapa pejalan kaki di Tugu Tani yang lagi jalan berkelompok sama keluarga dari Monas--identitas pelaku sampe diselidiki sama media dan memberitakan pelaku pernah ikut perjodohan atau semacamnya (ada hubungannya gak sih sama pelaku nabrak orang)
Tadi saya baru baca+nonton berita ada model tabrak 7 orang , korbanya luka-luka tidak ada yang tewas tapi pelaku diekspos hingga profilnya-pekerjaannya akhirnya diketahui sebagai model majalah dewasa. Secara logika pemberitaan mengenai kecelakaan ini gak ada salahnya media mencari keterangan mengenai profil pelaku tabrakan selengkap-lengkapnya, bahkan ada juga yang memberitakan pelaku berasal dari keluarga yang pecah (broken home). Belum lagi ada keterangan pas pelaku nyetir mobil dalam keadaan mabuk gara-gara negak chivas (chivas regal yah?) dan ekstasi, paling kacau lagi pelaku cuma pakai pakaian dalam tanpa pelapis luar #geleng-geleng
Pokoknya kadang saya sedikit kasihan sama pelanggar hukum yang diekspos terlalu berlebihan, tapi yah kadang sanksi sosial lebih berasa dari sanksi hukum, dan media (blog ini juga termasuk) juga nambah info buat masyarakat buka mata dan gak melakukan keteledoran yang sama.

Mana Presiden
Memang saya mendukung KPK gak boleh dibubarkan, tapi sejujurnya saya juga kurang setuju ada tumpang tindih jabatan. Dan terkadang diam bukan emas, memang harus ada pemimpin yang menengahi. Tapi sadar gak sih media memancing masyarakat menjadi semakin tegang dan semakin gak percaya sama pemerintah? Presiden punya tugas banyak juga dan sebagai pemimpin di negara yang birokrasinya rumit ini, bener juga kalau pak beye memberi waktu dua instansi yang berselisih paham buat menjelaskan duduk perkara, sebelum ada orang ketiga yang ikut masuk. Toh pak beye juga gak diam selama satu minggu, atau gak bikin dua instansi itu bakar-bakaran atau tawuran juga. Andai kata pak beye langsung turun bisa aja dia malah dianggap teralu mencampuri urusan instansi  (yah emang boleh kan dia presidennya!) dan bisa berdebat lagi sama kpk dan kepolisian, masalah jadi presiden vs kpk vs polisi. Prihatin saya pak presiden tapi prihatin juga sama masyarakatnya, termasuk saya, yuk mari usaha bersama, jangan bisa nuntut/demo doank gimana kalau berkarya. Walaupun jurusan yang saya ambil menuntut saya lebih kritis dibanding jurusan biasa (mungkin seperti jurusan Sudirman-Blok M) saya merasa harus melihat masyarakat awam juga harus belajar tentang media massa, kadang terpapar media massa berlebihan bisa bikin manusia malah jadi makin panik dan sulit menilai secara objektif serta mengikuti kata hati sendiri. Intinya harus pake semua panca indra + otak + hati untuk menilai sesuatu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar