Senin, Juni 16, 2014

Kenyataan Ini Bagai Sepasang Sepatu versi Tulus

Anda tahu apa yang Anda dengar itu sesungguhnya hanyalah suara yang akan membingungkan ?
Saya berani jamin apa yang saya tulis adalah saya sebenarnya,
maafkan saya karena surat awal bulan ini.

Sebut saja itu kepolosan dari seseorang yang sebenarnya tidak polos.
Kita lihat saja akankah ada surat lagi dari saya untuk Anda, tenang saja meski saya mengkritik hingga menyakiti harga diri Anda setidaknya Anda tahu saya kecewa.

Anda mungkin harus bangga karena itu, surat itu adalah guratan pena zaman modern-hal yang sungguh berharga bagi saya, Anda tahu jelas isi otak saya.

Masih sangat nyata diingatan saya, ketika kita pulang dan Anda sedang menyetir dengan menggumamkan lagu-lagu di radio, saya merasa kehilangan urat malu saya sehingga saya pun ikut menyanyi-begitulah akhirnya kita mengetahui bahwa tidak ada perbedaan terlalu banyak antara kita kecuali jenis kelamin yang berbeda. Oh... ada satu lagi lamanya Anda mengarungi hidup ini, betapa banyaknya wanita yang mengagumi Anda hingga akhirnya ada seorang wanita yang (menurut saya) beruntung dapat mendampingi Anda hingga saat ini.

Kembali pada nyanyian radio kita, saya bocah ingusan yang tidak tahu pengalaman hidup sedalam yang Anda alami. Hingga perbincangan kita mengenai sepasang sepatu yang digunakan manusia, Anda kanan.. Saya kiri.

Sepasang sepatu itu tidak pernah bersatu ketika manusia menggunakan sepatu, ketika kaki kanan maju terlebih dahulu, kaki kiri pasti akan tertinggal.
Tapi bukankan dengan begitu sepasang sepatu akan menyeimbangkan langkah pemiliknya?
Bukannya sepasang sepatu akan terus bersama meski tetap ada jarak?

Begitulah hidup yang sekarang kita jalani...
Kita akan saling melindungi dan membantu sebisa kita, meski kita tak akan terus bersama setidaknya saya tahu Anda berusaha melindungi saya dan tidak ingin saya kelelahan. Ritme kita sebenarnya sama, hanya saja Tuhan memberi jarak. Bukankah hubungan akan terasa berarti jika ada jarak? Semua huruf  saja selalu membutuhkan spasi, hingga membuatnya berarti. Begitu pula kita bila tiada jarak antara kita kita tidak akan mengetahui makna kita bersama.

Ketika Anda menyatakan menyukai lagu Tulus tersebut. saya berharap dikehidupan berikutnya: Anda harus menjadi orang yang menyanyangi saya. Setidaknya saya percaya ada hubungan sebab-akibat, saat ini saya menyanyangi Anda sepenuh hati, kehidupan berikutnya Anda akan menyanyangi saya sepenuh hati. Setidaknya harapan itu bisa saya sebut dalam doa saya malam ini.


Begitu lama waktu tempuh yang hars kita lalui hingga akhirnya kita sampai di area rumah kita, bukan rumah kita tetapi rumah saya dan rumah Anda, kita harus berada dalam jarak yang berbeda-ingat? Untuk membuat hubungan kita berarti. Saya juga akan menggunakan akal sehat saya untuk membuat hubungan kita akan bermakna dikemudian hari tanpa menyakiti siapapun, kecuali saya.


Sekali lagi masih berhubungan dengan sepatu, saya menitipkan sepatu saya di mobil Anda. Semoga wanita beruntung itu mengerti dan tidak melihat ada sepatu wanita di mobil lelakinya.


Pagi setelahnya, ketika Anda melihat saya di area parkiran-Anda langsung paham dengan ekspresi saya yang mengulurkan tangan meminta sepatu saya. Tak disangka kejadian ini dipergoki oleh seorang yang seharusnya tidak melihat, ya untung saja dia tidak berpikir macam-macam kecuali melontarkan pertanyaan, "wah kok bisa ambil sepatu dari mobil? Tinggal/nginep bareng?" #taraaaaaaaaaaaaaaa

Yah cuma kalimat pertanyaan sepele itu dan Anda jaawab
"Iya dia tidur di rumahnya, gw tidur di rumah gw..."

Harus dijelaskan dengan cara apa, bahkan jika orang lain curiga pun saya tidak peduli, karena saya hadir untuk Anda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar